Ilmu Budaya Dasar - Kebudayaan Pompeii dan Persamaan dengan Desa Sodom
Pompeii adalah sebuah kota zaman
Romawi kuno yang telah menjadi puing dekat kota Napoli dan sekarang berada di
wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79
M.
Debu letusan gunung Vesuvius
menimbun kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan
kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak
sengaja.
Semenjak itu penggalian kembali
kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan
sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi. Saat ini kota Pompeii
merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Berikut ini adalah sebuah kisah
nyata yang di ambil dari artikel harun yahya dan wikipedia tentang pompeii,
bencana besar yang menimpa sebuah kota yang identik dengan kemaksiatan dan
kemerosotan moral manusia
Lokasi
Pompeii terletak pada koordinat
40° 45′ 2″ LU, 14° 29′ 23″ BT, sebelah tenggara kota Napoli, dekat dengan kota
modern Pompei saat ini. Kota ini berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran
lava ke arah utara di hilir Sungai Sarno (zaman dulu bernama
"Sarnus"). Saat ini daratan ini agak jauh letaknya di daratan, namun
dahulu merupakan daerah yang dekat dengan pantai.
Gambar rekayasa
komputer tentang letusan Vesuvius,
dari Pompeii di
Discovery Channel
Pada abad pertama M, Pompeii
hanyalah salah satu dari sekian kota yang berlokasi di sekitar kaki Gunung
Vesuvius. Wilayah ini cukup besar jumlah penduduknya yang menjadi makmur karena
daerah pertaniannya subur. Beberapa kelompok kota kecil di sekitar Pompeii
seperti Herculaneum juga menderita kerusakan atau kehancuran oleh tragedi
letusan Vesuvius.
Vesuvius mengubur Kota Pompeii
Para penduduk Pompeii, seperti
mereka yang hidup di daerah itu sekarang, telah lama terbiasa dengan getaran
kecil, namun pada 5 Februari 62 terjadi gempa bumi yang hebat yang menimbulkan
kerusakan yang cukup besar di sekitar teluk itu dan khususnya terhadap Pompeii.
Sebagian dari kerusakan itu masih belum diperbaiki ketika gunung berapi itu
meletus. Namun, ini mungkin merupakan sebuah gempa tektonik daripada gempa yang
disebabkan oleh meningkatnya magma yang terdapat di dalam gunung berapi.
Sebuah gempa lainnya, yang lebih
ringan, terjadi pada 64, peristiwa ini dicatat oleh Suetonius dalam biografinya
tentang Nero, dalam De Vita Caesarum, dan oleh Tacitus dalam Buku XV dari
Annales karena hal ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan tampil dalam
sebuah pertunjukan untuk pertama kalinya di sebuah panggung umum. Suetonius
mencatat bahwa kaisar tidak memedulikan gempa itu dan terus bernyanyi hingga
selesai lagunya, sementara Tacitus mencatat bahwa teater itu runtuh setelah
orang-orang di dalamnya dievakuasi.
Penulis Plinius Muda menulis
bahwa getaran bumi itu "tidaklah begitu menakutkan karena sering terjadi
di Campania".
Pada awal Agustus tahun 79, mata
air dan sumur-sumur mengering. Getaran-getaran gempa ringan mulai terjadi pada
20 Agustus 79, dan menjadi semakin sering pada empat hari berikutnya, namun
peringatan-peringatan itu tidak disadari orang, dan pada sore hari tanggal 24
Agustus, sebuah letusan gunung berapi yang mematikan terjadi. Ledakan itu
merusakkan wilayah tersebut, mengubur Pompeii dan daerah-daerah
pemukimanlainnya. Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan Vulcanalia, perayaan
dewa api Romawi.
Penyebab
Serta Perilaku masyarakat Pompeii Mendekati Peristiwa Dahsyat
Kota Pompeii terkubur lava panas
dan material gunung selama 1668 tahun hingga ditemukan pada tahun 1748 M, yaitu
bersamaan ditemukannya kota Herkulaneum (herculaneum). Dari penemuan itu
berhasil ditemukan korban meninggal dalam keadaan utuh tanpa ada kerusakan
bahkan hingga gigi mereka (tetap utuh). Mimik muka yang menyatukan semua korban
adalah rasa takut dan rasa terbelalak. Pada satu tempat ditemukan mayat-mayat
yang keras membatu. Karena debu-debu lahar yang beracun yang bisa kita anggap
sebagai alami-masuk kebagian dalam tubuh yang basah, sehingga menjaga bentuk
dan rupa manusia serta binatang sebagaimana adanya.
Dari penemuan ini terungkap
bagaimana krakteristik kota yang kaya serta kemakumuran yang dirasakan oleh
masyaraktnya pada waktu itu. Banyak orang kaya yang hidup mewah bangga dengan
kekayaan mereka. Dikota ini terdapat jaringan (instalasi)air di dalam rumah ,
kamar mandi umum dan jalan-jalan yang tersusun rapi dengan batu-batu, ada juga
pelabuhan laut yang cangih, begitu pula panggung-panggung sandiwara , dan
pasar-pasar. Sisa dan jejak peninggalan mereka menunjukkan perhatian mereka terhadap
seni dan ukiran (pahatan), dan masyarakat penghuni kota ini adalah warga Romawi
kuno dengan semua tingkatan dan status sosial yang termasuk budak.
Maksiat Yang Merebak Di dalam
sejarahnya, para penduduk kota Pompeii gemar dan paling nomor satu dalam hal
maksiat. Mereka sering menggelar perzinaan di rumah – rumah mereka, di jalan –
jalan, bahkan hampir setiap rumah adalah rumah pelacuran. Banyak juga para
pendatang dari Yunani dan Venesia yang ‘menikmati’ wanita – wanita disana,
berhubung kota itu juga menjadi pelabuhan yang aman oleh para pelaut. Suatu
pertanda bahwa masyarakat itu (Pompeii) adalah masyarakat yang rendah, bahkan
lebih rendah dari binatang.
Sebelum kota ini hancur terkubur,
masyarakat diwaktu itu tidak menggubris tanda-tanda akan terjadinya letusan
gunung. Mereka tidak ambil pusing dengan goncangan-goncangan kecil ata
goncangan kuat., tidak pula terhadap awan putih yang menggumpal di atas kawah
gunung. Manusia disaat itu tidak belajar dari gempa bumi yang pernah
menghancurkan kota mereka 17 tahun sebelumnya. Mereka tidak mengubris seruan
kaisar Romawi, Neuron supaya meninggalkan kota. Berangkali alasan mereka adalah
mereka memandang letusan gunung berpai membawa banyak kebaikan. Debu yang
dibawa sangat kaya dengan bahan mineral yang bisa menjadi pupuk bagi tanaman
mereka sehinga berbuah lebat. Air hujan yang turun kepada mereka dan mengairi
tanaman yang disebabkan adanya gunung berapi tersebut yang selalu mendatangkan
awan. Banyak tanda dan alamt akan terjadi letusan hebat. Beberpa hari sebelumnya
terjadi goncangan hebat (gempa bumi) yang mengerikan sebagian sumur, juga
mematikan sumber-sumber mata air, sementara anjing-anjing menggonggong sedih
atas diamnya burung-burung.
Semua tanda itu tidak di indahkan
oleh penduduk kota hingga di waktu dhuha, sementara mereka sibuk berdagang dan
canda tawa, ditengah hari tanggal 24 Agustus 79 M, manusia mendengar hiruk
pikuk yang menghebohkan, batu-batu besar terbelah, disusul lahar panas, asap,
debu yang terbang tinggi mengarah kelangit kemudian setengah jam berikutnya
semuanya jatuh menimpa kepala penduduk kota Ponpeii. Sebagian dari mereka
berhasil meyelamatkan diri ke pelabuhan, dan yang lain bersembunyi
dirumah-rumah dan gedung. Setelah itu mereka semua berubah menjadi mayat yang
membatu. Pada penggalian jejak kota ini ditemukan kurang lebih 2000 mayat.
Banyak dari mereka tergencat bebatuan yang berjatuhan menimpa atap-atap rumah
dan gedung.
Beberapa jam kemudian, lahar
panas yang berlimpah ruah mengubur kota tersebut dan membumihanguskan semua bentk
tanda-tanda kehidupan di sana. Akhirnya kota tersebut terkubur hingga 3 meter
oleh lahar panas dan debu. Setelah kejadian semburan batu panas dari Gunung
Vesuvius, maka banyak ditemukan mayat – mayat bergelimpangan, dan banyak pula
yang mati sedang melakukan maksiat (zina), ada juga yang melakukannya dengan
sejenis dan bahkan diketahui ada yang masih berusia belia.
SEBUAH KOTA POMPEII YANG SEBELUMNYA TERTATA APIK DAN BAIK
POTO POTO PATUNG FOSIL MAYAT YANG MASIH BERBENTUK
SISA KOTA POMPEII SEKARANG
PERBEDAAN KOTA POMPEII DENGAN
DESA YANG TERTIMBUN TANAH "KOTA SODOM"
Pompeii adalah sebuah kota zaman
Romawi kuno yang telah menjadi puing dekat kotaCampania, Itali. Pompeii hancur
oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Sedangkan Kota Sodom dan Gomorrah
adalah dua kota yang dikaitkan dengan kisah Nabi Luth dan kaumnya. Paling
tidak, dalam pandangan Islam, Kristen, Yahudi, diyakini bahwa dua kota ini
memang pernah ada, dan kemudian dihancurkan Tuhan akibat begitu besarnya
kemaksiatan yang dilakukan oleh penduduknya. Kota inilah yang daripadanya lahir
istilah sodomy, and sodomite. Bahkan, dalam bahasa Ibrani, Sodom itu sendiri
berarti terbakar, dan Gomorrah berarti terkubur. Sekitar 4000 tahun yang lalu,
Sodom dan Gomora menyandang reputasi sebagai kaum yang melegalkan berbagai
penyimpangan seksual.
Dari tingkah laku, kebiasaan,
serta tata laku yang berada antara dua kota tersebut, menunjukan hampir banyak
kesamaan. Mulai dari julukan Kota Maksiat, maupun dilegalkannya homoseksual
(sesama jenis). Bisa dikatakan Kota Pompeii ini seperti mengulang kembali
sejarah dari Kota Sodom yang sama sama dihancurkan oleh Allah SWT karena
kekafiran yang mereka perbuat. Perbedaannya mungkin hanya terletak pada Lokasi
serta tahun kejadiannya. Selebihnya mungkin bisa dikatakan hampir sama.
Sumber:
http://www.inilahduniakita.net/2013/05/pompeii-kota-maksiat-yang-dihancurkan.html#sthash.u3yVmyxz.dpuf
http://duniatimteng.com/tragedi-legetang-legenda-kaum-sodom-gomorah-di-nusantara/
http://duniatimteng.com/tragedi-legetang-legenda-kaum-sodom-gomorah-di-nusantara/
Komentar
Posting Komentar